Yuuhu! info, Bulan Mei memang menjadi bulan yang Heboh dan meriah bagi kota Surabaya dan Malang, karena bulan Mei merupakan suatu ‘ritual’ yang ditunggu berkaitan dengan semaraknya event tahunan di 2 kota tersebut. Tidak ada yang menyangkal bahwa bulan Mei merupakan ‘pesta tahunan’ di mana masyarakat rela merogoh kocek untuk menikmati ‘perayaaan’ tersebut.
Surabaya Shopping Festival


Saking hebohnya, kadangkala orang tidak peduli dengan ‘budget’ per bulan yang sudah dialokasikan sebelumnya. Semua berburu discount dan sale yang sangat menarik mata dan membuat orang berbelanja.
Belum lagi iming-iming undian hadiah ratusan sampai miliaran rupiah yang menanti masyarakat Surabaya yang berbelanja pada bulan Mei. Pastinya sangat menggoda kaum wanita, sudah dapat discount, bisa dapat undian berhadiah pula.
Malang Tempo Doeloe
Berbeda dengan kota Malang, yang setiap tahunnya mengambil tema Tempo Doeloe dengan mengambil atmosfer heritage khas kota Malang. Setiap bulan Mei, merupakan ajang berkumpulnya warga Malang untuk menikmati suasana dan kuliner khas kota Malang kuno.

Mengambil tempat di Boulevard Ijen-Malang, suasana Malang Tempo Doeloe menjadi sangat khas, karena banyak orang ‘unjuk tampil’ dengan pakaian kuno Belanda ataupun pakaian daerah, sehingga sangat kental heritage-nya.

Jajanan khas kota Malang kuno menjadi sajian yang tidak kalah menarik, selain acara-acara yang mengingatkan kembali seperti apa Kota Malang pada jaman dahulu.
Destination Branding – Create the ‘PLACE’ Character

Event tahunan yang diadakan oleh Surabaya dan Malang, dan masih banyak kota lainnya di Indonesia merupakan suatu strategi, suatu positioning yang dibangun dalam persepsi masyarakatnya. Dengan demikian Brand dari suatu Kota akan menjadi kuat karakternya, sesuai dengan DNA masyarakatnya.
Surabaya Shopping Festival menjadi karakter bagi kota Surabaya, karena karakter Surabaya yang metropolitan memang sangat kental dengan budaya shopping nya. Sebagian besar masyarakat kota Surabaya suka ke Mall, mengapa? Karena infrastruktur pendukungnya memadai dan memang tidak ada hiburan yang ‘lebih menarik’ di Surabaya selain Mall dan Trade Center. Maka dengan diadakan event tahunan ini, otomatis Brand Surabaya sebagai ‘surganya Shopping’ menjadi semakin kuat.
Malang Tempo Doeloe juga menjadi strategi bagi kota Malang yang memang masih kental dengan heritage-nya. Malang tidak se-metropolis Surabaya, oleh karena itu Malang tidak mem-positioning-kan dirinya sebagai ‘Kota Belanja’, melainkan kota untuk menikmati ke-khas-an Tempo Doeloe dan sebagai kota wisata kuliner.
Sama seperti membuat suatu Brand, dengan strategi dan positioning, kemudian memperkuat differensiasinya, 2 kota di atas juga sedang menciptakan suatu persepsi yang kuat dalam MIND masyarakatnya sesuai dengan karakter kotanya. Jadi tidak hanya produk yang butuh Brand, ternyata suatu ‘tempat’ pun membutuhkan Brand, sebagai ‘reason to buy’ atau ‘reason to visit’. Karena pada akhirnya orang tidak membeli produk, orang hanya membeli Brand.